MOSKOW – Presiden Rusia, Vladimir Putin, menyatakan kesediaannya untuk menerima usulan gencatan senjata yang diinisiasi oleh Amerika Serikat (AS), namun dengan beberapa syarat penting. Dalam pidatonya pada Kamis (13/3/2025) malam waktu setempat, Putin menekankan bahwa gencatan senjata harus menghasilkan perdamaian jangka panjang dan mengatasi akar penyebab krisis yang sedang berlangsung.
1. Putin Setujui Usulan Gencatan Senjata dengan Ketentuan
Putin menyatakan bahwa Rusia setuju dengan usulan untuk menghentikan permusuhan, namun menekankan bahwa gencatan senjata harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan perdamaian jangka panjang dan menghilangkan akar penyebab krisis ini.
Sebelumnya, Asisten Kebijakan Luar Negeri utama Presiden Rusia menolak usulan AS untuk gencatan senjata 30 hari guna mengakhiri perang dengan Ukraina, dengan alasan bahwa usulan tersebut hanya akan memberikan jeda sementara bagi militer Ukraina dari pertempuran. Penasihat Putin dan mantan Duta Besar untuk AS, Yuri Ushakov, menekankan bahwa tujuan Rusia adalah penyelesaian damai jangka panjang yang mempertimbangkan kepentingan sah dan kekhawatiran mereka.*
Komentar ini muncul seiring dengan kedatangan utusan khusus AS, Steve Witkoff, di Moskow untuk melanjutkan pembicaraan mengenai usulan gencatan senjata. Ushakov mengonfirmasi bahwa ia telah melakukan kontak rutin dengan Penasihat Keamanan Nasional AS, Mike Walz, dan mereka sepakat bahwa kontak-kontak tersebut akan tetap dirahasiakan. Ia juga mengindikasikan bahwa AS memahami bahwa keanggotaan Ukraina di NATO tidak mungkin terjadi.*
2. Ukraina Sambut Baik Usulan Gencatan Senjata AS
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, menyambut baik upaya AS, dengan menyatakan pada Rabu bahwa Ukraina siap untuk gencatan senjata selama 30 hari seperti yang diusulkan oleh pihak Amerika. Zelenskyy menekankan bahwa penghentian pertempuran dapat digunakan untuk menciptakan kesepakatan damai yang lebih luas untuk konflik yang telah berlangsung sejak invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina pada Februari 2022.
Sementara itu, Kementerian Pertahanan Rusia mengklaim pada Kamis bahwa pasukannya telah merebut kembali kendali atas Sudzha, sebuah kota besar di wilayah Kursk, Rusia barat, dari pasukan Ukraina. Pasukan Ukraina sebelumnya merebut kota tersebut dalam sebuah serangan mendadak di wilayah Kursk yang berbatasan dengan Ukraina pada Agustus lalu dan telah berjuang keras untuk mempertahankannya sejak saat itu.*
3. Tanggapan Internasional terhadap Usulan Gencatan Senjata
Di Eropa, sejumlah politisi memperingatkan bahwa menerima syarat-syarat yang diajukan oleh Putin untuk gencatan senjata di Ukraina dapat menjadi sebuah kesalahan. Mereka menekankan bahwa AS dan Ukraina telah meminta penghentian total, segera, dan tanpa syarat permusuhan selama 30 hari sebagai langkah pertama menuju perdamaian yang adil dan abadi.
Selain itu, pemimpin oposisi Inggris, Sir Keir Starmer, menuduh Putin tidak serius tentang perdamaian dan bermain-main dengan proposal gencatan senjata Presiden Trump untuk Ukraina. Starmer menekankan perlunya tindakan segera dan gencatan senjata, serta mengkritik Kremlin karena mengabaikan proposal gencatan senjata tersebut.
4. Prospek Gencatan Senjata dan Perdamaian Jangka Panjang
Meskipun ada harapan bahwa gencatan senjata dapat membuka jalan menuju perundingan damai yang lebih luas, sejumlah pihak tetap skeptis mengenai komitmen Rusia terhadap perdamaian jangka panjang. Beberapa pengamat menilai bahwa syarat-syarat yang diajukan oleh Rusia dapat menjadi penghalang bagi tercapainya kesepakatan gencatan senjata yang efektif.*
Dengan situasi yang terus berkembang, komunitas internasional terus memantau perkembangan ini dengan seksama, berharap bahwa langkah menuju gencatan senjata dapat menjadi awal dari akhir konflik yang telah menelan banyak korban jiwa dan menyebabkan kerusakan besar.*